Friday, February 5, 2016

Cintaku Beralih

Ali menghentikan mobilnya di parkiran sekolah barunya. Ya, ia kini adalah salah satu murid baru di sekolah swasta yang cukup terkenal ini. Ia pun melangkah memasuki lingkungan sekolah dengan wajah datar dan mata memindai keadaan seisi sekolah.

Cukup bagus, komentarnya dalam hati.

Ia berjalan di lorong dengan santai menuju ruang kepala sekolah yang diketahuinya dari sang ibu berada di ujung lorong. Saat sedang berjalan, langkahnya di cegat oleh beberapa anak perempuan dengan baju yang mempertontonkan lekuk tubuh mereka dan senyuman lebar.

"Hai, lo anak baru?" sapa salah satu diantara mereka yang berambut merah

Alis Ali terangkat, tak menjawab pertanyaan mereka. Anak-anak perempuan itu pun keki namun salah satu diantara mereka langsung berusaha mengambil alih keadaan.

Ia mengulurkan tangannya dengan senyum tulus. Cantik, komentar Ali dalam hatinya. "Hai, gue Cila, siswi kelas 11 IPS C. Lo?"

Ali menyambut uluran tangan itu dan menyunggingkan sedikit senyumnya. "Ali. 11 IPS juga, tapi belum tahu di kelas mana"

Seruan girang terdengar di koridor setelah Ali menyunggingkan sedikit senyumnya. Ali merasa gusar dengan keadaan sekitarnya.

"Well, Cila, gua duluan"

Cila mengangguk antusias dan memberikan jalan untuk Ali menuju ruangan kepala sekolah. Senyum Cila melengkung licik dan memandang seluruh murid di koridor dengan tatapan bengis.

"He's mine!" tegasnya lalu beranjak menuju kelasnya.

Ali sendiri sudah masuk ke ruangan kepala sekolah setelah mengetuk pintu beberapa kali dan mendapat sahutan dari dalam. Ia pun memberi salam dan memperkenalkan dirinya kepada kepala sekolahnya.

Setelah mendapat beberapa wejangan dan sedikit penjelasan dari sang kepala sekolah yang sudah berumur itu, ia dibawa ke depan ruangan guru. Sang kepala sekolah pun memanggil salah satu guru untuk membimbingnya menuju kelasnya, yang katanya ini adalah wali kelasnya.

Guru itu membimbingnya menuju lantai 2 sekolah ini dan mengetuk pintu kelas pertama setelah tangga. Ali mendongak untuk melihat nama kelasnya. 11 IPS A.

Pintu terbuka dan mereka masuk ke dalam kelas.

"Permisi, pak. Ada murid baru di kelas ini. Dan silahkan Ali, perkenalkan diri kamu" tutur sang wali kelas

Ali mengangguk dan menghadap teman-teman barunya. Ia tersenyum tipis yang langsung disahuti dengan suara nafas tertahan. "Pagi, saya Ali pindahan dari Bandung. Mohon kerjasamanya"

Setelah dipersilahkan duduk di salah satu kursi di deretan belakang, kelas kembali di mulai.

Ali langsung mengenali pelajarannya, sejarah. Hanya saja sepertinya ia belum mempelajari materi ini dulu. Oh, dia lupa bahwa Jakarta belajar jauh lebih cepat dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Ia pun berusaha untuk memahami materi ini karena ia bertekad untuk memacu nilainya di sini. Di ibu kota negara ini.

***

Istirahat. Ali sudah merapikan buku-bukunya dan disimpan dilaci mejanya. Ia sudah mendapatkan beberapa teman di kelas yang sangat welcome padanya. Kini, ia berniat mengisi perutnya di kantin untuk memasok tenaga agar konsentrasi dalam belajar.

Ia melangkah sendirian karena beberapa orang yang dikenalnya tadi sudah hilang duluan entah kemana dan akhirnya ia harus mencari kantin sekolah sendirian. Ia menuruni tangga dan melewati lapangan sekolah yang terlihat ramai oleh murid-murid yang duduk disekitar lapangan. Tak ada kegiatan olahraga bebas?

Ia melanjutkan langkah dan menemukan kantin yang tak jauh dari ruang guru. Oh, pasti kantin diletakkan disini dengan tujuan agar murid yang membolos kelas dapat langsung ditindaklanjuti oleh guru, batinnya.

Ia berjalan pelan melewati stand-stand makanan, memilih hendak makan apa hingga matanya menemukan stand chicken katsu, makanan favoritnya. Simple, enak dan mengenyangkan. Segera ia pesan satu porsi dan memesan es teh manis.

Ia memilih duduk di salah satu meja yang diisi beberapa orang lainnya saat sebuah suara memanggilnya.

"Ali, sini duduk sama kita-kita saja" Ali hanya diam hingga akhirnya Cila-yang memanggilnya-menariknya

Terpaksa ia duduk bersama beberapa orang cewek lainnya. Tanpa peduli dengan mereka, Ali memakan makanannya.

"Lo suka chicken katsu ya?" tanya Cila. Ali hanya mengangguk sekilas. "Wah kita sama! Gue penggemar ayam, tapi sayang gue harus pilih-pilih makanan karena mereka bisa menggemukkan" Ali menoleh dan menatap aneh gadis disampingnya. "Iya, aku lagi dalam program diet"

Ali mendelik. Ia bosan mendengar perempuan yang hobinya diet demi memiliki badan yang indah tanpa memperdulikan kesehatan. Apalagi perempuan yang sudah kurus namun masih merasa kurang. Mau menyaingi tengkorak? Apa mereka kira laki-laki suka perempuan kurus? No, laki-laki suka perempuan yang seksi dan baik. Banyak diantara perempuan-perempuan itu yang diet dengan ekstrim hingga harus dirawat dirumah sakit. Hei, cantik itu gak menyakiti diri sendiri!

"Lo kelas mana, Al?"

Ali meminum es tehnya sebentar sebelum menjawab, "Kelas A"

"Wah, kita dapat kelas yang sesuai nama kita ya. Ali kelas A, Cila kelas C"

Ali hanya tersenyum sangat tipis padanya. "Gua ke kelas duluan ya"

"Eh bareng deh, gue juga mau ke kelas"

Ali hanya mengangguk dan berjalan bersama Cila menuju kelas. Cila menggandeng tangannya di sepanjang jalan menuju kelas yang tak terlalu diambil pusing oleh Ali. Ia tak terlalu peduli apa mau gadis ini.

***

Seminggu setelahnya, Ali dan Cila semakin dekat. Mereka selalu bersama kemana pun hingga pulang sekolah pun bersama. Kadang, Ali akan menjemput Cila untuk berangkat sekolah bersama. Hingga saat itu pun tiba.

"Al, kita kan sudah deket banget. Kamu gak mau remiin status kita jadi pacaran?" tanya Cila saat mereka sedang duduk di salah satu café

Ali menatap wajah murung Cila yang sedang bersandar di dadanya. "Memang kamu maunya kita pacaran?" Cila mengangguk antusias dengan senyum lebarnya yang membuatnya terlihat cantik. "Baiklah, mulai sekarang kita pacaran"

Cila langsung bersorak senang dan mengecup bibir Ali sekilas lalu memeluknya. Mata Ali sempat melotot mendapat perlakuan tersebut. Memang selama ini ia sering mendapat pelukan, juga kecupan di pipi namun kecupan di bibir? Seringaian muncul di wajah Ali. Ia akan sangat menikmati gaya pacaran Cila.

***

Ali pun menikmati perannya sebagai pacar Cila di sekolah. Ia tetap berusaha mengejar nilai-nilainya di kelas walau sepulang sekolah ia selalu sibuk berpacaran dengan Cila atau sekedar mengumpul dengan ekskul futsalnya.

Cila sempat protes dengan kegiatan ekskulnya yang membuatnya berkeringat dan enggan memeluknya setelah ekskul. Katanya lengket. Kadang, sikap seperti inilah yang dibenci Ali namun ia masih betah bertahan dengan Cila. Sayang? Ya, kemungkinan. Walaupun ia jarang merasa cemburu. Namanya tetap sayang kan?

Satu semester mereka lewati dengan cepat dan tetap bersama. Liburan pun Cila memilih menghabiskannya bersama Ali. Nyatanya, Cila sangat sayang pada Ali.

Semester baru datang, semua kembali pada kegiatan sekolah dengan tampilan baru. Entah penampilan, gadget atau lainnya. Ali datang dengan penampilan barunya yang semakin mendongkrak tingkat ketampanannya.

Hari Senin itu, setelah upacara, Ali berjalan pelan ke halaman belakang sekolah karena berniat membolos pelajaran pertama. Entah kenapa, ia belum berniat belajar di hari pertama semester ini. Langkahnya perlahan maju menuju kantin saat ia menubruk seorang gadis.

"Sorry" ucap keduanya bersamaan

Mereka pun saling tatap dan zinggg.. mata mereka seakan terpaku satu sama lainnya. Tak tahu berapa lama mereka saling bertatapan hingga suara deheman menyadarkan mereka akan dunia yang kini mereka pijaki.

"Kenapa kalian berada di kantin pada jam belajar?" tanya seorang guru dengan wajah tegas

Gadis itu menunduk, "Maaf bu, saya anak baru"

"Anak baru sudah berulah?"

Gadis itu langsung tergugu, "Eh, itu.. saya.. tadi saya nunggu upacara terus haus bu. Jadi maksud saya, beli minum dulu baru menemui kepala sekolah" jawabnya pelan

Guru itu mengangguk dan menatap Ali. "Kamu Ali, apa yang kamu lakukan disini?"

"Saya-abis dari toilet bu terus haus"

Guru itu menatap tajam Ali. "Kamu tahu kan tidak boleh ke kantin selama jam pelajaran kecuali kelas yang dapat jam olahraga?"

"Iya bu, saya tahu. Tapi tadi saya ke toilet setelah upacara jadi baru sempat jajan"

"Yasudah, kamu anak baru, siapa namamu?"

"Saya Bia, bu"

"Baik, Ali tolong antar Bia ke ruang kepsek dan nanti antar dia ke kelasnya. Saya sedang buru-buru dan setahu saya kepsek sebentar lagi harus pergi. Anggap ini hukuman buat kamu"

Ali mengangguk, "Baik, bu"

"Ibu permisi"

Mereka mengangguk dan beranjak menuju ruangan kepala sekolah dengan cepat karena sang kepsek akan pergi atau anak baru ini-Bia-tidak akan tahu kelasnya dimana.

Mereka masuk ke ruang kepala sekolah yang tampak terburu-buru dan langsung menunjukkan dimana kelas Bia setelahnya ia langsung keluar diikuti kedua murid itu. Ali mengantarkan Bia ke kelas barunya dengan mendumal karena berbedaan sikap kepada mereka. Dulu, saat Ali masuk ia diberi wejangan yang memuakkan sedangkan Bia dengan mudah langsung mendapat kelas.

Bia tertawa pelan hingga Ali menoleh. "Kenapa ketawa?"

"Lo lucu"

"Gua?" tanyanya sambil menunjuk diri sendiri

Bia mengangguk, "Daritadi mendumel terus. Memangnya kenapa?"

Akhirnya Ali pun bercerita hingga perjalanan mereka menuju kelas terasa sangat panjang namun menyenangkan. Setelah mengantar Bia ke kelasnya dan melihat gadis itu memperkenalkan diri, ia pun kembali ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran. Sebuah senyum muncul di bibirnya mengingat gadis bernama Bia yang duduk di kelas 11 IPS B.

***

Seminggu ini Bia sudah mendapatkan banyak teman dan salah satu teman terdekatnya ialah Ali. Hubungan Ali dengan Cila pun merenggang karena kesibukan masing-masing. Cila sudah mulai bekerja sebagai model dan Ali yang sibuk dengan futsalnya dan Bia.

Sudah sebulan ini Cila dan Ali jarang bertemu, apalagi Cila sudah memiliki teman dekat seprofesinya yang membuatnya semakin menjauh dari Ali. Ali sendiri tak ambil pusing karena dia semakin merasa nyaman dengan Bia dan merasa marah saat Bia dekat dengan cowok lain.

Di kantin, Cila sedang duduk dengan teman-temannya dan Ali duduk bersama Bia, berdua.

"Cil, itu Ali lagi duduk sama si anak baru. Lo gak marah?"

Cila menoleh dan merasa bahwa hal ini bisa dijadikan alasan ia putus dengan Ali seolah-olah ini adalah kesalahan Ali, padahal ini juga kesalahannya. Namun seorang Cila yang menjadi primadona sekolah mana mau menjadi titik kesalahan. Ia harus menyalahkan.

Dengan wajah sok kesal dan sedih, ia menghampiri meja dimana Ali duduk.

"Ali! Apa-apaan sih kamu malah duduk sama cewek lain sedangkan aku duduk disana. Maksud kamu apa?!" teriaknya yang membuat seisi kantin memperhatikan mereka

Ali menoleh, kesal dengan kemarahan Cila yang tiba-tiba. "Apaan sih, Cil, mendadak marah gini"

"Gimana aku gak marah kalau kamu selingkuh!" tuduhnya

Ali menatapnya dengan mata menyipit yang membuat Cila mengkeret di tempat. Ia berdiri dan berhadapan langsung dengan Cila, sedangkan Bia merasa tak enak dengan mereka apalagi kini ia menjadi pusat perhatian.

"Jaga mulut lo! Jangan sembarangan nuduh orang! Sekalian saja kita selesaikan hubungan kita disini. Gua muak sama tingkah lo! Dan jangan ganggu Bia, dia cewek gua!" balas Ali dengan nada tegas dan berlalu dengan menarik tangan Bia

Cila ternganga ditempatnya berdiri atas apa yang dilakukan oleh Ali padanya. Senjata makan tuan! Walau Ali sama sekali tak mengetahui hubungannya dengan teman seprofesinya diluar namun Ali sukses mempermalukannya di depan seisi sekolah. Wajahnya merah padam dan ia langsung berlari ke toilet, menyembunyikan rasa malunya.

Ali sendiri membawa Bia ke halaman belakang sekolah dan duduk disana dengan wajah masih setengah kesal.

"Ali, you okay?"

Ali menghela nafas berat dan menatap Bia. "Sebenernya gua udah lama suka sama lo Bi. Dan gua beneran udah muak dengan Cila"

"Tapi gue gak enak, kesannya gue perusak hubungan orang"

"Enggak, Bi. Tenang saja, gua akan selalu ada melindungi lo"

"Ali-"

"Bukan salah lo kalau cinta gua beralih. Tapi salah gua gak gak bisa menyelamatkan hati gua dari pesona lo"

Bia tersenyum senang mendengarnya dan membiar Ali yang memeluknya juga dengan senyuman. Bia menerima Ali dengan ikhlas dan berjanji akan menyelesaikan masalahnya dengan Cila nanti karena ia benar-benar merasa tak enak hati dengan Cila.

Bukan salah manusia yang mencintai manusia lainnya, salahkan hati yang tak mampu menahan diri untuk berpaling.

***

THE END

***

***

Please kindly check and follow my account on instagram: wiatsmara and on twitter: wiatsmara_