Saturday, August 15, 2015

I Call Him Dad

Give him an honour as your father. Make him proud of you although he'll always proud to have you as his child.

It was my father who taught me to value myself. He told me that I was uncommonly beautiful and that I was the most precious thing in his life.
-Dawn French

***
The most important influence in my childhood was my father.
-DeForest Kelley
Halo, let me introduce myself. Namaku Arinda, panggil saja Arin. Disini, aku ingin sedikit berbagi cerita tentang sedikit bagian dari hidupku.
Aku adalah anak sulung dan memiliki adik lebih dari satu. Aku anak broken home sejak usiaku menginjak hampir tiga belas tahun. Cukup belia memang, namun begitulah keputusan mereka—tepatnya keputusan ibuku. Sayangnya, usiaku sudah cukup besar saat itu dibandingkan adikku yang masih berumur 10 tahun. Bagiku sangat berat ketika mendadak harus tinggal berpisah dengan salah satu dari kedua orangtuaku, namun aku tahu bahwa adikku merasakan hal tersebut lebih berat mengingat di umurnya yang masih kecil, mereka sangat membutuhkan kasih sayang penuh.
Aku terpukul atas kejadian yang terjadi begitu cepat begitu. Rasanya, mereka mengambil paksa kesempatanku untuk bermanja ria dalam pelukan ayah.
Aku sangat menyayangi ayahku melebihi diriku sendiri, namun aku juga menyayangi ibuku. Hanya saja, levelnya berbeda. Ayah selalu menempati posisi pertama dalam hidupku sekalipun ia suka membuatku kesal atau sebaliknya. Ayahku adalah prioritas hidupku.
Walaupun begitu, aku hanyalah anak remaja biasa yang masih suka menghabiskan waktu bersama teman-teman dan lupa mengabari ayahku yang memang sangat paranoid, because he cares.
Hal yang sangat ku sesali adalah kenapa jarak umurku dengan orangtuaku sangat jauh hingga kini aku masih duduk di bangku kuliah sedangkan ayahku sudah tua dan sulit mencari pekerjaan di usianya kini. Seharusnya, aku yang sudah bisa membiayai hidupnya.
Kini ia tinggal sendiri, sedangkan aku dan adik-adik tinggal bersama ibuku. Ini adalah keputusannya dulu, mengingat saat itu usia kami masih dibawah umur dan lebih memerlukan kasih sayang ibu. Itu jugalah keputusan pengadilan yang kini di sesalinya karena hidup sendiri itu tidaklah mudah.
Satu hal yang tak pernah ku sesali dalam hidup ini, diantara segala penyesalan yang ada, yaitu aku bangga memiliki dia sebagai ayahku.
I call him, dad.
***
Kata mereka diriku selalu di manja
Kata mereka diriku selalu di timang.

Penggalan lagu bunda tersebut lebih cocok untuk kutujukan pada ayahku. Dialah yang selalu menimangku dan mengantarkanku menuju pulau kapuk—istilahnya untuk tempat tidur.
Dulu, setiap pulang kerja ia selalu menggendongku dan menidurkanku di kursi penumpang mobil lalu membuka jendela dan membawaku keliling komplek hanya agar aku tertidur.
Dulu, ia berani memberikanku bumbu sate ketika usiaku masih satu tahun padahal ibu memarahinya karena aku masih kecil dan belum bisa memakan kacang. Dengan senyuman penuh kebahagiaan ia menjawab, “Gapapa, biar dia merasakan aneka rasa sedari dini”
Dulu, ia selalu memanjakanku di saat aku memiliki adik yang usianya hanya terpaut satu tahun denganku. Ia tak mau aku merasa tersaingi oleh adikku sendiri hingga aku membencinya.
Dia selalu ada untukku, di saat aku butuh atau tidak, he's there.
Saat aku masuk SD, ia tak pernah meninggalkanku sekalipun aku melarangnya pulang karena aku takut dengan orang baru.
Ia mengajarkanku bahwa aku harus berani dan menjadi anak pintar. I did it to make him proud of me.
Ketika masuk SMP, aku tak tahu bagaimana pergi sendiri ke sekolah. There he is, menemaniku ke sekolah setiap pagi di awal sekolahku dengan naik bis agar aku terbiasa, dan memastikan bahwa aku selamat sampai tujuan.
How can I resist him? Everything he do is for his children.

A father is always making his baby into a little woman. And when she is a woman he turns her back again.
-Enid Bagnold

Bukankah kini tiba giliranku untuk membahagiakannya? Merawatnya dan memberikan segala yang terbaik untuknya? Sayangnya, aku belum bisa memberikan apa pun yang berarti untuknya. Aku hanya bisa memberikan sedikit yang kupunya dan menghabiskan sedikit waktu kami bersama dalam jarak waktu yang panjang.
Bagaimana perasaan seorang anak yang sangat menyayangi ayahnya namun hanya dapat bertemu paling sering satu bulan sekali? Tersiksa, sungguh. Ia adalah tempatku berbagi. Kini, aku hanya bisa memendam segala ceritaku karena berbagi cerita melalui telfon tidaklah bebas dan lega. Begitu pun dirinya.
Tuhan, tolong jaga dia selalu. Jagalah kesehatannya. Berikan ia umur yang panjang. Bahagiakanlah ia selalu. Jauhkanlah dirinya dari segala marabahaya. Keluarkan ia dari segala masalah dengan jalan terbaik. Jangan biarkan air mata menetes di pipinya, menggantikan senyumannya. Jangan biarkan orang lain menzaliminya. Murahkanlah rezekinya. Kabulkan doa-doanya dan wujudkanlah segala mimpi serta harapannya. Berikanlah kami jalan untuk kembali hidup bersama di dalam satu atap. Lengkapilah kebahagiaan kami.
Tuhan, Engkau Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Jagalah ia untukku karena ia adalah prioritas dalam hidupku. Tukarkanlah segala kesedihannya dengan kebahagiaanku.
Amin
***
A father carries pictures where his money used to be.
-Unknown

One father is more than a hundred Schoolemasters.
-George Herbert, Outlandish Proverbs, 1640

I love my father as the stars — he’s a bright shining example and a happy twinkling in my heart.
-Terri Guillemets



No comments:

Post a Comment