Sunday, January 18, 2015

The Matchmaking part8

Beberapa hari ini, gue pergi ke kantor menemani Atha bekerja diruangannya. Jabatan? Atha adalah direktur muda diperusahaan ayahnya, menggantikan posisi ayahnya yang terkadang tak enak badan dan harus sering menjaga kesehatannya. Posisi gue? Kalau kata Atha, gue ini gak bisa jadi sekertarisnya karena jabatan itu sudah ada yang memiliki. Jadilah gue sebagai asisten pribadinya yang bertugas membantunya secara pribadi. Ehem..
Semalam, kami pergi mencari kado untuk mama yang kebetulan sekali berulang tahun tepat dua hari setelah gue.
Kehidupan gue berjalan lancar dengan Atha yang selalu mendukung gue, dia yang selalu ada disamping gue. Dia adalah salah satu faktor penyemangat hidup gue. Bisa dibilang, faktor utama dan penerang hidup gue. Semalam kami tidur lebih cepat dari biasanya. Kami ini mampu menjadi makhluk nocturnal demi mengerjakan tugas kantor atau hal lainnya, tapi semalam kami tidur jam 10, entah karena capek atau tak enak badan.
"Koc.. bangun"
Ada yang berbisik ditelinga gue, membuat gue bangun. Gue menggeliat sebentar sebelum membuka mata. Kamar tampak gelap, tapi ada sebuah cahaya yang berjalan dari pintu. Semakin lama semakin mendekat. Gue hendak beranjak mundur--takut--tapi tangan gue ditahan.
"HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY.. HAPPY BIRTHDAY.. HAPPY BIRTHDAY KOCI!!"
Serentak mereka bernyanyi untuk gue. Mereka menyanyikan lagu ulang tahun untuk gue. Baru gue sadari bahwa cahaya tersebut adalah lilin diatas sebuah kue. Lampu masih mati jadi gue belum mengetahui sosok siapa saja yang ada diruangan ini.
"Happy birthday, Koc" bisik seseorang disamping gue diiringi lampu yang menyala
Gue menoleh ke samping, kepada orang yang memegang tangan gue dan berbisik tadi adalah Atha. Melihat senyum Atha yang lebar, gue kembali menoleh dan mendapati banyak orang berada di kamar ini. Kedua mertua gue, mbok Sum, mang Jaja dan.. Rachel! Awalnya, gue mengerutnya kening bingung lalu tersenyum senang.
"Tiup lilinnya, sayang" ujar mama yang membawa kue
Gue berdiri dan meniup dua lilin yang berdiri tegak diatas kue dengan angka 17. Umur gue telah 17 tahun. Penjajakan menuju kedewasaan dimulai, bertambah dewasa namun tanpa orangtua yang membimbing. Setetes airmata jatuh dan langsung gue hapus.
"Makasih semua" ujar gue parau
Mama memeluk gue, "Selamat ulang tahun sayang"
Gue membalas memeluknya erat. Entah kemana kue yang tadi dibawanya. "Makasih banyak, ma. Makasih"
"Selamat ulang tahun, non" dan si mbok memeluk gue. "Semoga semakin cantik dan pintar" gue tersenyum. Doa si mbok selalu sama setiap tahunnya
Mang Jaja gantian memeluk gue, "Selamat ulang tahun, non. Semoga semakin dewasa dan sholehah" mang Jaja pun doanya selalu sama setiap tahunnya
Kini Rachel yang memeluk. "Koci!!" pekiknya. "Happy birthday, sis! Semoga semua yang lo pinta dalam setiap doa, diijabah sama Tuhan"
"Aamiin. Makasih banyak, Rachel. Makasih banyak semuanya"
"Tunggu kado dari gue ya!" gue menaikkan alis tak paham. "On the party!"
"Party?" tanya gue bingung
Mama langsung tertawa dan mengecup dahi gue. "Time to sleep. Go back sleep, dear. Rachel, say bye"
Rachel melangkah keluar dengan girang. "Bye Koci, bye kak Agatha! Sleepwell!!"
Pintu tertutup dan meninggalkan gue bersama Atha, berdua. Dengan bingung, banyak pertanyaan dalam otak gue. Pertama, kenapa ada Rachel disini? Kedua, apa Rachel tahu perihal status gue dan Atha? Ketiga, siapa yang mengundangnya? Keempat, pesta apa yang dimaksud Rachel tadi? Kelima, pulang dengan siapa dia tengah malam gini?!
"Tidur, Koc. Atau mau nyicip kuenya dulu?"
Gue menoleh dan mengernyit. "Hm.. makasih, Tha. Semua.. really surspised me! But I have so many question--"
"I'll answer tomorrow. Now, sleep!"
Gue tersenyum dan memeluknya. "I'd like to sleep, but keep your words! A lot of thanks for you"
"And I have a gift" ia membuka tangannya dan terlihatlah sebuah kalung emas putih dengan bandul huruf 'AK'. "Gua pakein?"
Speechless.. kalungnya luar biasa indah dan.. ini romantis, kan? Gue berbalik dan membiarkan dia menyingkirkan rambut dari leher gue lalu memakaikan kalung tersebut. Kalung tersebut terasa dingin di leher gue--dingin yang menyejukkan. Hampir saja gue menangis karena hadiah ini.
"Thanks, Tha" ucap gue tulus
Dia tersenyum dan mengecup dahi gue lembut. "My pleasure. Sleep tight, Koc"
Ia beranjak mematikan lampu dan memastikan pintu terkunci lalu ia bergabung dengan gue untuk tidur.
God, I'm officially seventeen years old today. Thanks for all your graces. Although I'm not through my special day with my beloved parents, you give me the special person. I know, you put me in the best way.
***
Koci duduk gelisah di meja rias di kamar mama mertuanya. Kurang sopan memang, tapi kamar Atha tak memiliki meja rias untuk dipakai merias Koci. Koci tak lagi menatap bayangan dirinya dicermin, ia sudah cukup terpesona dengan hasil make-over yang dilakukan oleh penata rias sang mama padanya. Dan ia akan segera pingsan jika lebih lama lagi menatap wajahnya.
Pintu terbuka dan muncul Atha deng senyum lebar melihat sosok sang istri. Koci tampak cantik dengan gaunnya yang simple. Atha sendiri mengenakan kemeja polos dengan lengan yang ditarik hingga siku. Ia mengulurkan tangan yang diterima Koci segera.
"Tangan lo dingin banget" ledek Atha
Koci enggan menjawab, ia terlalu gugup. Ini memang bukan pesta ulang tahun pertamanya, tapi tidak didatangi oleh banyak wanita sosilita, kolega-kolega bisnis papanya, keluarga besarnya dan keluarga besar Atha. Tapi ada suatu hal yang tidak diketahui Koci.
Lantunan lagu ulang tahun terdengar beserta munculnya kue besar yang terlihat lezat dengan lapisan coklat. Lilin-lilin kecil berdiri diatasnya dengan susunan melingkar dan berdiri sang mama dihadapan kue tersebut. Koci dan Atha menghampiri mereka dan berdiri menetap disamping orangtuanya, dihadapan banyak orang. Tampak sosok Mika, Mike, Rachel, mbok Sum, dan mang Jaja berdiri di line terdepan.
Saat sang mama mengangguk, mereka meniup lilin bersama. Pasangan ibu mertua dan menantu. Riuh tepuk tangan menyambut mereka.
"Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh tamu undangan, atas kesediannya hadir di acara ini. Kehadiran kalian sangat berarti bagi kami. Selain acara perayaan ulang tahun, saya juga ingin mengumumkan suatu hal penting" suasana hening, semua orang menunggu kelanjutan kata-katanya. "Perayaan ini bukan hanya ulang tahun saya, melainkan juga ulang tahun Kosyara atau biasa dipanggil Koci yang ke-17 tahun. Dia adalah anak perempuan saya" perlahan, mulai terdengar kasak-kusuk di sana-sini. "Dia adalah anak perempuan tersayang kami. Menantu kami" ketiga orang didepannya tampak kaget dan shock. "Pernikahan mereka akan dilaksanakan setelah Koci lulus--2 tahun lagi. Terima kasih atas perhatiannya, enjoy the party!"
Koci membeku ditempatnya berdiri begitu mendengar pengumuman yang dikatakan sang mama di depan seluruh tamu undangannya. Badannya terasa begitu dingin seketika saja. Ia kaget atas kejujutan sang mama didepan publik malam ini. Beliau memang tidak mengatakan secara langsung, tapi hal itu sudah membuat jantungnya hampir keluar dari tempatnya.
Sebuah tangan menggenggam tangannya dan menariknya masuk ke dalam rumah, menjauhi kerumunan. Ia hanya pasrah.
"Koc?"
Koci menatap nanar sosok dihadapannya, "Semua orang udah tahu"
"Gak semua. Look.." Atha memegang dagu istrinya agar menatapnya. "Mama melakukan ini karena dia sayang sama lo. So do I"
"Tapi kalau seluruh sekolah tahu--"
"No one would know, dear" mamanya datang dan duduk di sisinya bersama beberapa orang yang dikenalnya. "Everything will be alright. Mama yang akan mengurusnya"
Koci lupa kalau mamanya adalah pemilik yayasan sekolahnya kini. Ya, semua pasti bisa diaturnya, tapi..
"What is going on?! Kenapa Koci kesannya parno banget? Kalian baru akan nikah 2 tahun lagi, kan? Ini hanya pengumuman ikatan pertunangan kalian saja, kan? Tapi kalian sepupu, how could you marry her?" pekik Mike
Semua menoleh kearahnya dan Atha menatapnya lurus. "The truth is I'm married"
Mika menatapnya dengan tatapan sedih dan terluka. "With her? Dia yang dijodohin sama lo, Ga?"
Atha mengangguk tegas. "Wait. I don't understand! You're married, kak Agatha?"
Mamanya maju selangkah dan tersenyum. "Biar tante yang menjelaskan"
***
Setengah tahun berlalu dengan begitu cepat. Tak terasa waktu berjalan memburu mereka. Atha sudah menyelesaikan masa studi SMA-nya dan sibuk di kantor membantu sang papa. Sedang Koci baru mendapatkan jatah libur kenaikan kelasnya. Mereka sudah terbang ke Amerika untuk mengurus studi yang akan Atha lanjutkan disana beserta tempat tinggal dan embel-embel lainnya.
Rachel memeluk Koci erat dan terisak. Pelukan yang akan sangat dirindukan oleh keduanya. Setelah memakan waktu yang cukup lama, pelukan mereka diurai. Atha pun sedang berada dalam pelukan dua sahabatnya. Mika menghapus jejak air mata diwajahnya dan masih setia memeluk Atha, enggan melepas.
"Gue bakal kangen sama lo, Ga"
Atha tersenyum, "Gua juga"
"Gak usah pergi, Ga" bujuk Mika
"Do you wanna break my dream, Mik?"
Mike terkekeh, "Koci saja yang statusnya istri gak ada ngelarang. Lo siapa ngelarang-ngelarang?"
"Gue kan sahabat Aga yang paling disayang"
"Udah siap, Koc?" tanya Atha
Koci melihat Mika yang masih memeluk Atha posesif dengan wajah sembab. Masalah rahasia memang sudah selesai. Para sahabat mereka sudah mengetahui perihal status mereka dan memaklumi. Tapi Koci tahu, faktanya Mika masih menyukai Atha.
"Kalian baliknya kapan?" tanya Rachel
"Setelah Koci lulus kuliah"
"Lama banget, Ga!" protes Mika
Atha mencubit hidung mancung Mika. "Lo bawel banget sih, Mik! Nyusul makanya!"
Itu sebuah undangan, kan?, tanya Koci dalam hati
Sebuah suara dari pengeras suara terdengar memberi informasi bahwa pesawat keberangkatan mereka sudah siap menuju New York. Panggilan tersebut adalah peringatan sekaligus perpisahan bagi mereka.
"We gotta go"
Koci dan Atha memeluk satu persatu dan mendorong trolley koper mereka ke dalam. Mereka harus segera ke pesawat. Mereka melambaikan tangan dengan tersenyum pada sahabat-sahabat yang akan sangat dirindukan sebelum menghilang dibalik pintu masuk.
Keluarga tak ikut karena sudah melakukan acara perpisahan dirumah.
"Is it the end?" tanya Koci
Atha menggeleng, "This is the beginning"
***
Cinta memiliki tolak ukur. Suatu waktu mungkin menurun dan lain waktu mungkin meningkat. Cinta datang tiba-tiba, tanpa permisi, peringatan, atau aba-aba. Cinta tumbuh karena terbiasa. Terbiasa bersama. Cinta tumbuh dari segala hal. It might be comfortable.
***
THE END

Please kindly check www.wattpad.com/tengkuwidya to read the extra parts and its sequel

No comments:

Post a Comment